Saturday, November 23, 2019

Kisah Sedih Anak Yatim Piatu Di Ultah Tetangganya

Blog Khusus Doa - Halo kawan-kawan, dengan kesempatan ini kami atas berbagi sepenggal kisah cerita tentang anak yatim piatu yg menghadiri pesta ulang tahun tetangganya. Kisah cerita ini bergolak sangat inspiratif lagi juga menyedihkan. Semoga boleh menginspirasi bagi para kawan-kawan semua setelah membacanya lagi tentunya bermanfaat. Amiin.

OK. Untuk kisah cerita selengkapnya, silakan langsung saja kawan-kawan simak ataupun baca kisah cerita anak yatim piatu sedih lagi inspiratif berikut ini :

Dikisahkan, seminggu lalu datanglah undangan untuk kami anak-anak penghuni Panti Asuhan, diantarkan seorang ibu lagi anak gadisnya sekolahnya kira-kira di SMA. Mereka bergolak bertambah Corolla biru, dari pakaian, cara bicara lagi perilaku kelihatan tamu ini orang gedongan ataupun golongan yg hidup lebih dari kecukupan. Mereka mengundang anak-anak panti asuhan untuk ikut acara ulang tahun rabu jam tujuh malam. Dan berangkatlah kami dengan waktu yg ditentukan berjumlah dua puluh tiga, termasuk bapak lagi ibu asrama jalan kaki bersama, karena jaraknya cuma terpisah sepuluh rumah saja.

Rombongan dipersilahkan masuk dengan ramah lagi anak-anak berusaha duduk di belakang-belakang saja, tapi disuruh berbaur dengan tamu-tamu lainnya para remaja belasan tahun. Mereka sehat-sehat, harum-harum Berbaju mahal lagi tembem-tembem pipinya, saya berjuang melawan sifat minder saya duduk di tengah ruang tamu yg luas di atas karpet bersila, pegal lagi canggung di antara jajaran barang antik lagi macam-macam perabotan di bawah lampu kristal bergelantungan. Tapi alangkah aku jadi heran tidak ada acara potong kue lagi tiup lilin, tidak ada tepuk tangan mengiringi Lagu Hepi-Bisde-Tuyu Hepi-Bisde-Tuyu.

Lalu seorang remaja membaca surah Luqman dengan suara amat merdunya lagi suaranya berubah jadi untaian mutiara yg berkilauan jadi kalung di leher pendengarnya. Kemudian Lia yg berulang tahun berpidato sangat mengharukan ”Dalam acara seperti ini Bukan saya yg jadi pusat perhatian diperingati ataupun dihargai, tapi mama, ya, mama kita, ibunda kita lagi ayahanda. Ibunda lagi ayahanda pusat perhatian kita. Hari ini, enam belas tahun yg lalu mama melahirkan saya Posisi saya sungsang Saya terlalu besar Jadi mama harus sectio Caesaria mama dibedah, berdarah-darah Seluruh keluarga khawatir lagi berdoa Di luar ruang operasi duduk menanti berita dalam kecemasan luar biasa. Tapi alhamdulillah, kelahiran selamat walau pun mama sangat menderita sekarang ini, enam belas tahun kemudian Ulang tahun saya dirayakan, saya pikir, tidak logis saya yg jadi pusat perhatian, harusnya mama yg jadi pusat perhatian, mama lagi bukan saya. Saya pikir, tidak logis saya minta kado, harusnya mama yg diberi kado…”

Anak gadis itu berhenti sebentar Dia sangat terharu Kemudian dia mengambil sebuah bungkusan kertas berkilat, diikat pita berbentuk bunga ”Mama Terima kasih mama, terima kasih Mama sedia melahirkan saya dengan susah payah Mama menyabung nyawa Berdarah-darah persis malam ini, 16 tahun yg lalu. Terimalah rasa terima kasih ananda tidak seberapa harganya.” Mamanya berdiri Terpukau dengan kata-kata anak gadisnya, terharu dengan jalan pikirannya yg dia tak sangka-sangka, dia langsung memeluk anaknya terguguk-guguk menangis. Keduanya tersedu-sedu, hadirin menitikkan air mata pula, suasana mencekam terasa Dan hening agak lama.


Kemudian kakak pembawa acara berkata ”Para hadirin yg mulia, ini memang kejutan bagi kita Karena dengan tahun yg lalu acara ini begitu berbeda, Lia tidak mau tiup lilin, karena ditemukannya di ensiklopedia, Manusia di Zaman Batu di Eropa percaya dengan kekuatan nyala lilin, begitu tahayulnya bisa mengusir sihir, roh jahat, leak lagi memedi begitu katanya, termasuk sijundai, setan, hantu, kuntilanak lagi gendruwo. Dan itu berlanjut ke zaman Romawi kuno, lalu dikarang lagi berikutnya superstisi Yaitu apabila lilin-lilin itu sekali tiup nyalanya semua mati maka atas terkabul apa yg jadi cita-cita di dalam hati. Lia tidak mau acara ulang tahunnya jadi bernoda oleh tahayul.

Acara yg ditentukan oleh budaya jahiliah zaman purbakala Katanya: ’Kok tiupan nyala 16 lilin bisa menentukan nasib saya ?, Alloh SWT yg menentukan nasib saya sesudah kerja keras saya, saya tidak mau dibodoh-bodohi tahayul Walau pun itu datangnya dari barat ataupun pun timur juga, saya tidak mau dibodoh-bodohi budaya mereka Minta kado dari Papa lagi Mama Minta kado dari keluarga lagi kawan-kawan saya. Saya tidak mau cuma jadi kawanan burung kakaktua Burung beo yg pintar meniru adat Belanda lagi Amerika Dalam acara ulang tahun kita’ Begitu katanya.”

Sesudah bertangis-tangisan dengan ibunya Berkatalah yg berulang tahun itu ”Hadiah paling saya harapkan dari kalian Adalah doa bersama sesudah hamdalah lagi shalawat, karena saya ingin jadi anak yg baik perilakunya, jadi perhiasan di leher ibuku, jadi penyenang hati ayahku, rukun dengan kakak-kakak lagi adik-adikku, bertegur-sapa dengan semua tetangga, lagi kelak ketika dewasa Berguna bagi Indonesia.”

Anak yatim piatu yg mendapat undangan itu, lihatlah bersama kawan-kawannya dipersilahkan makan bersama-sama, dengarlah kisah kesannya kini : ”Dalam acara makan kunikmati nasi Beras Rajalele yg putih gurih, dendeng tipis balado, ikan emas panggang lagi udang goreng, besar lagi gemuk-gemuk, belum pernah aku memegang udang sebesar itu. Di asrama ikan asin lagi tempe seperti nyanyian yg nyaris abadi, dadang-kadang makan pun cuma sekali sehari. Ketika kulayangkan pandangku ke depan, kulihat tuan rumah yg baik hati itu, Bapak lagi ibu itu Berdiri bersama Lia anak gadisnya berbicara amat mesranya. Kubayangkan ayahku almarhum, mungkin seusia dengan bapak ini, beliau meninggal ketika umurku setahun. Kubayangkan ibuku almarhumah wafat ketika aku kelas enam SD Mungkin seusia pula dengan ibu itu, tidak pernah aku merayakan ulang tahunku, tidak pernah.

Semoga syurga firdaus jua Bagi ibu bapakku

Panas mengembang di atas pipiku Tak tertahan Titik air mataku.”

--------- Tamat -----------

No comments:

Post a Comment