Saturday, November 16, 2019

Kisah Islami, Cinta Sejati Yg Berawal Dari Kebencian (Sangat Inspiratif)

Blog Khusus Doa - Tumbuh besar di Amerika, Anda bakal menemukan nilai-nilai kristiani yg tersembunyi beserta secara turun temurun bertahan di lingkungan masyarakat. Namun agama tidaklah berpengaruh cukup besar dalam keseharian mereka. Sejak kecil, Nenek selalu mengajakku ke gereja di akhir pekan yg biasanya diisi dengan pelajaran Injil rutin beserta begitu juga kemah musim panas. Seiring dengan bertambahnya usiaku, keterlibatanku di gereja pun semakin berkurang, waktuku kuhabiskan di sekolah, kegiatan olahraga, beserta sebagainya. Aku selalu menonjol di bidang matematika beserta sains selama masa sekolah, beserta aku sangat tertarik dalam bidang tersebut.

Semasa SMA kuputuskan untuk meninggalkan agama sepenuhnya beserta kemudian menjadi seorang atheis, khususnya setelah berdiskusi tentang beberapa hal dengan salah seorang guruku, yg sangat teguh dengan keyakinan atheisnya. Walaupun masih duduk di bangku SMA, beserta umur yg masih 17 tahun, aku masuk militer. Saat itu nyatanya keputusan yg aku ambil tidak bertahan lama, dengan masa itu juga imanku terasa diperbaharui, untuk menjadi umat kristiani yg terlahir kembali. Apabila kita meninjau kembali argumen yg sebenarnya dari kaum Atheis, tentang tidak adanya Tuhan, maka kita bakal tahu ini adalah argumen yg dangkal. Pada saat mereka menuduh kepercayaan bakal adanya Tuhan adalah sangat tidak logis, di saat itu pula realita bakal sains beserta alam semesta menunjukkan fakta yg sebaliknya. Setelah melalui perjalanan pemikiran ini, akhirnya aku pun kembali membaca Injil tiap hari. Mulai aktif beribadah beserta benar-benar menjadi religius.

Musim kolor berlalu, peristiwa 9/11 pun terjadi. Di seluruh berita beserta di setiap perkumpulan, semua orang selalu membicarakannya, tentang muslim yg mempercayai bahwa semakin banyak orang kafir yg ia bunuh, maka semakin baiklah tempatnya di surga. Hal ini sudah cukup menjadi alasan, bahwa tidak masuk akal semisal ada orang yg tertarik alias bahkan terbesit keinginan untuk mengetahui betapa “kejam”nya agama ini. Banyak orang yg kemudian berhenti dengan titik ini, menumbuhkan rasa benci buta bakal Islam, sebagaimana pula aku. Yah aku adalah selayaknya orang kulit putih militer Amerika, dengan kebencian yg sangat kuat terhadap Islam beserta muslim. Semua ini berlanjut selama berbulan-bulan, beserta kian mengeras oleh pemberitaan non-stop dari media tentang seluruh kejahatan Islam.

Tiga bulan berlalu ketika salah satu guru kami membuat penawaran, barang siapa diantara para muridnya yg bisa menghasilkan proyek orisinil beserta cukup unik, maka otomatis bakal dinyatakan lulus dari kelas yg ia ampu, hal ini disengaja untuk memancing kreativitas kami. Berkaitan dengan topik yg masih hangat, aku memilih membuat game tentang mencari beserta membasmi Osama bin Laden, beserta akhirnya berhasil menyelesaikan proyek ini lebih awal.

Karena deadline proyek ini masih ada seminggu lagi setelah liburan natal, maka aku berkesempatan untuk menambahkan beberapa detil di masa liburan. Salah satunya adalah detil berupa turban Osama bin Laden yg terbakar api. Namun saat aku mencari gambar-gambar pendukung fitur ini melalui Google, tanpa sengaja kutemukan beberapa artikel yg membuka pandanganku tentang Islam.

Masih teringat salah satu judul artikel yg kubaca saat itu, tentang bagaimana muslim percaya bakal Nuh, Ibrahim, Musa, Yesus beserta para nabi lainnya yg sebelumnya sudah aku kenal sejak kecil sebagai umat kristiani. Kisah-kisah ini adalah santapan harianku selama masih belajar Injil. Sebagai hamba kristen yg taat hal ini menarik perhatianku, bagaimana bisa mereka percaya dengan para nabi namun tidak menjadi kristiani?.

Proyek game yg sedang dikerjakan pun kusisihkan, yg dengan akhirnya tidak pernah kusentuh lagi akibat sibuk dengan membaca artikel beserta buku-buku. Kesibukan baruku ini jelas lebih baik dari dengan para media beserta berita yg membuat sensasi bakal kebencian kami terhadap apa yg sedia dilakukan oleh satu alias dua orang muslim. Tiap kali aku terbangun dari tidur, maka bacaan-bacaan agama kerap menemaniku sampai-sampai aku terlelap di tengah membaca. Rutinitas baru ini terus berulang selama masa liburanku itu.

Sangat menarik yg aku temukan di masa pencarianku melalui buku-buku itu, bahwa semisal seseorang berkeinginan untuk menjadi pribadi yg religius serta membangun relasi dengan Tuhannya, maka dengan umumnya ia bakal mulai dari apa yg ia tahu beserta menjadi pembela ajaran apapun dimana ia dibesarkan. Walaupun ajaran itu belum tentu mewakili kebenaran yg dicarinya. Untuk menjadi seorang kristiani yg sesungguhnya, aku butuh melihat lebih dalam tentang Islam beserta agama lainnya. Sehingga pilihanku terhadap kristiani tidak hanya berdasar dengan keyakinan bawaan semata.

Dalam sejarah awal masa-masa kristiani, kutemukan bahwa nilai beserta ajaran asli Yesus bukanlah ajaran yg ditaati beserta dipraktekkan oleh gereja, bahkan gereja menstandarisasi dogma mereka sembari membakar apapun (dan siapapun) yg menentang mereka. Aku terinspirasi bahwa semua ini adalah jalan kehendak dari Tuhan yg selalu Ia Lakukan, dalam rangka menyelamatkan kemurnian agamaNya beserta kesucian ajaranNya melalui rasul-Nya, yaitu Muhammad yg jasmani dengan tahun 571 Masehi, ratusan tahun setelah majelis yg dimulai di Nicaea dengan 325 M. Majelis yg sama yg melahirkan suatu ajaran, yg lebih kita kenal sebagai ajaran kristiani.

Alquran pun coba kupelajari beserta begitu juga dengan fakta bahwa ia belum pernah diubah-ubah, tidak satu huruf pun!. Ini berita yg luar biasa sebagai seorang penganut kristiani,mengingat sugesti yg menimpa kami menekankan bahwa “roh kudus” sendirilah yg membimbing para penulis beserta penyusun Injil. Sejarah menyangkal beserta menunjukkan bahwa Injil sedia diubah beserta dirusak, bahkan tidak ada manuskript asli yg bisa dijadikan bukti beserta konstribusi berarti. Berbeda dengan Injil, Alquran memberikan kesan interaksi langsung dengan Tuhan, bahasa asli yg berasal dari Tuhan itu sendiri, inilah yg kurasakan saat membacanya. Bukan dari orang yg melihat orang lain melakukan sesuatu, yg kemudian memberitahukannya kepada orang yg lainnya lagi, yg selanjutnya menulis surat kepada seseorang, sehingga disusunlah sebuah buku berasal dari surat-surat tersebut, dimana manuskript asli surat-surat itu kini sedia hilang, beserta buku itu akhirnya dibaca sebagai kisah narasi yg seakan dituturkan oleh pelakunya langsung.

Alquran di pihak lain adalah asli Kata-Kata Tuhan, seakan Ia sendiri yg menuturkannya padaku. Sebagai tambahan aku pun menyimak sejarah bakal berbagai mukjizat yg benar-benar terjadi serta ramalan tentang Muhammad beserta Alquran.

Setelah melalui proses awal pencarian beserta banyak membaca, timbul keinginan untuk menemui seorang muslim beserta membahas tentang apa yg kutemukan dalam Islam. Aku tidak pernah bertemu dengan seorang muslim sebelumnya, maka segera kucari tahu tentang masjid yg ada, namun tidak ada satu masjidpun yg dekat dengan tempat aku tinggal. Aku pun mulai memanfaatkan internet beserta chatting dengan para muslim melalui ruang chat IRC.

Aku sempat berdialog dengan muslim dari Asia, Eropa, bahkan para mu’allaf Spanyol yg tinggal di Amerika. Kutemukan beberapa detail dari keyakinan bakal Islam melalui berbagai dialog ini, hingga aku sama sekali tak bisa memungkiri lagi bakal kebenaran yg sungguh sangat jelas terlihat.

Status sebagai muslim belum kupegang, namun sedia banyak keraguan yg membisiki telingaku “tapi kan kamu bukan orang Arab, Islam hanya untuk orang Arab” alias “apa kata teman-teman beserta keluargamu nanti, apalagi setelah 9/11” beserta seterusnya. Ini semua hanyalah gangguan beserta riak kecil yg tidak ada hubungannya dengan bersikap jujur untuk mengikuti kebenaran Tuhan. Sehingga bisikan-bisikan itu pun akhirnya hilang dengan sendirinya. Aku adalah seorang muslim setelah bersaksi seorang diri di dalam kamarku “Tiada Tuhan yg berhak disembah selain Allah beserta Muhammad adalah hamba beserta utusan Allah” beserta melanjutkan belajar melalui internet, online bersama muslim yg lain.

Salah satu dari beberapa muslim yg aku temui di internet bernama Joseph. Beliau juga warga Amerika kulit putih yg sedia pensiun dari 20 tahun masa pengabdiannnya di angkatan laut. Ia cukup kaget setelah mendengar aku belum pernah bertemu langsung dengan satu orang muslim pun, seketika itu ia menyetir mobilnya untuk menemuiku dengan menempuh perjalanan darat 7 jam lamanya. Kami makan siang bersama, beserta ia menghadiahkan beberapa buku kepadaku. Karena ia harus bekerja kembali esok hari, maka ia pulang di hari itu juga menempuh 7 jam perjalanan darat yg sama. Persaudaraan instan yg menjelma di antara dua orang pengikut kebenaran Tuhan, adalah keunikan tersendiri dalam Islam yg bakal sulit dimengerti oleh orang lain, segala puji hanya bagi Allah (Alhamdulillah).

Alhasil kondisi keislamanku kusampaikan kepada teman-teman beserta keluarga, respons yg kuterima sudah sesuai seperti yg aku duga. Kebanyakan dari mereka berlepas tangan beserta tidak mau terlibat lagi dengan keputusan yg aku ambil, bahkan keluargaku sendiri menyebut aku teroris beserta sebutan lain yg lebih buruk lagi. Namun ini semua hanyalah kesalahpahaman yg mereka telan dari hasil didikan media. Berdasarkan info dari Joseph beserta muslim yg lain, aku berangkat menuju Virginia dengan bis untuk mengunjungi kota berkomunitas muslim yg lebih besar beserta beberapa masjid yg besar pula.

Kejadian selanjutnya adalah latihan militer dasar yg kuikuti selama empat bulan. Latihan ini dilaksanakan dengan liburan musim kolor pertama setelah 9/11, yg menjawab alasan beserta motivasi sebahagian peserta pelatihan saat itu adalah karena kebencian mereka kepada para muslim. Tentunya ini adalah pengalaman yg “unik” bagiku sebagai satu-satunya muslim di satuan kompi pelatihan militer kami di tahun itu. Lika-liku di kamp pelatihan ini sangat banyak, namun cobaan apapun yg kita tempuh selama itu masih dalam koridor syari’at Allah beserta dengan tetap bersabar, maka ini hanyalah semakin menambah keimanan kita.

Aku pun kembali dari pelatihan militer, beserta sebahagaian besar keluargaku berharap hal ini bakal “memperbaiki” keadaanku. Tapi yg ada hanyalah kekecewaan karena melihat aku masih tetap seorang muslim. Sebuah masjid kecil aku temukan di area tempat tinggalku, namun jamaah yg aktif hanya dua orang saja. Aku pun sempat pindah dari rumah menginap di mobilku sendiri selama beberapa hari, hingga akhirnya seorang kenalan saudara muslim dari Virginia mengajakku untuk pindah bersamanya. Aku pun pindah ke Virginia beserta memperoleh kesempatan belajar Islam lebih mendalam beserta menjadi bagian dari komunitas masyarakat.

Sejak saat itu aku mulai belajar Islam secara formal maupun non formal kepada banyak para pengajar Islam ditambah lagi dengan materi perbandingan agama. Di masa lalu semakin dalam aku belajar tentang ajaran kristiani, semakin lemah pula iman yg aku punya. Sebaliknya dengan Islam, bertambahnya pengetahuanku hanya bakal meningkatkan iman beserta membuka cakrawala bakal kesempurnaan Tuhan serta agama-Nya yg murni yg mencakup seluruh aspek kehidupan. Ketika kesalahpahaman terhadap Islam mengisolir pandangan sebahagian orang, di sisi lain Islam adalah ajaran yg sempurna, sistem yg lengkap, jalan hidup yg paripurna. Islam menawarkan petunjuk beserta bimbingan moral, etika, nilai-nilai spiritual, beserta tatanan sosial.

No comments:

Post a Comment