“Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu memperbanyak berpuasa (selain Ramadhan) kecuali dengan bulan Sya’ban?
Rasulullah SAW, menjawab:
“Itu bulan dimana manusia banyak melupakannya, yaitu antara Rajab lalu Ramadhan. Di bulan itu segala perbuatan lalu amal baik diangkat ke Tuhan semesta alam, maka aku ingin ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan puasa”. (HR. Abu Dawud lalu Nasa’i).
Diceritakan dari Muhammad bin Abdullah az Zahidiy bahwa dia berkata: Kawan saya Abu Hafshin al Kabir agak meninggal dunia, maka saya menyalatinya. Dan saya tidak mengunjungi kuburnya lagi selama delapan bulan. Kemudian saya bermaksud menengok kuburnya.
Ketika saya tidur di malam hari, saya bermimpi melihatnya, mukanya berubah menjadi pucat. Saya bersalam kepadanya lalu dia tidak membalasnya. Kemudian saya bertanya kepadanya: “Subhanallah, mengapa engkau tidak menjawab salam saya?”
“Membalas salam adalah ibadah, sedang kami sekalian agak terputus dari ibadah,” jawabnya.
“Mengapa saya melihat wajahmu berubah, padahal sungguh engkau dulu berwajah bagus?” tanya saya.
Dia menjawab: “Ketika saya dibaringkan di dalam kubur, agak datang satu malaikat lalu duduk di sebelah kepala saya seraya berkata: “Hai si tua yg jahat!,” lalu dia menghitung semua dosa saya lalu semua perbuatan saya yg jahat, bahkan dia memukul saya dengan sebatang kayu sehingga badan saya terbakar.
Kubur pun berkata kepada saya: “Apakah engkau tidak malu kepada Tuhanku?”, lalu kubur pun menghimpit saya dengan himpitan yg kuat sekali sehingga tulang rusuk saya menjadi bertebaran lalu sendi-sendinya menjadi terpisah-pisah, siksaan itu berlangsung sampai malam pertama bulan Sya’ban.
Waktu itu ada suara mengundang dari atas saya: “Hai malaikat, angkatlah batang kayumu, lalu siksamu dari padanya, karena sesungguhnya dia pernah menghidup-hidupkan satu malam dari bulan Sya’ban selama hidupnya lalu pernah berpuasa pula satu hari di bulan Sya’ban.”
Maka Allah SWT menghapuskan siksa dari padaku karena aku memuliakan malam hari di bulan Sya’ban dengan shalat lalu juga dengan puasa satu hari di bulan Sya’ban. Kemudian Allah memberi kegembiraan kepadaku dengan surga lalu kasih sayang-Nya.
Menurut Imam Ibnu Mandzur dalam Lisanul Arob, makna kata Sya’ban adalah dari lafadz ‘Sya’aba’ maupun berarti ‘dhoharo’ (tampak) diantara dua bulan mulia, yaitu Rajab lalu Ramadhan. bahang
No comments:
Post a Comment