Namun yg terpenting dalam berhutang yaitu kita wajib membayarkan meskipun hutang tersebut sangat kecil jumlahnya. Jangan sampai kita meninggal dunia dalam keadaan memiliki hutang yg belum dibayarkan. Karena dalam sebuah hadits disebutkan bahwa semua dosa orang yg mati syahid mau diampuni, kecuali hutang. Silakan simak penjelasannya "Meski mati Syahid, Dosa Hutang Tidak Akan Terampuni"
Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang yg beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yg ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah sudah pernah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, lalu hendaklah orang yg berhutang itu mengimlakkan (apa yg ditulis itu), lalu hendaklah ia bertakwa kepada Allah Rabbnya, lalu janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yg berhutang itu orang yg lemah akalnya ataupun lemah (keadaannya) ataupun dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tidak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki lalu dua orang perempuan dari saksi-saksi yg kamu ridhai, supaya apabila seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil, lalu janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah lalu lebih becus menguatkan persaksian lalu lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali apabila mu’amalah itu perdagangan tunai yg kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli ; lalu janganlah penulis lalu saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian) maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan dengan dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah ; Allah mengajarmu ; lalu Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah: 282)
Dari ayat tersebut diatas, becus kita simpulkan bahwa hutang piutang bukanlah hal yg kemarau sepele lalu dalam agama islam khususnya sudah diatur tata caranya. Begitu juga dalam hadits-hadits tentang hutang piutang, banyak yg mengingatkan kita untuk segera berhenti ataupun melunasi hutang piutang karena hutang piutang ini bukan hal sepela.
Berikut adalah kumpulan hadits shahih yg menjelaskan tentang hutang piutang, dari anjuran untuk melunasinya lalu lain-lainnya, silakan langsung saja simak haditsnya berikut ini seperti dilansir dari laman fiqihmuslim (03/2020)
نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ
“Jiwa seorang mukmin tergantung karena hutangnya, sampai hutang itu dilunaskannya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺃَﻳُّﻤَﺎ ﺭَﺟُﻞٍ ﻳَﺪَﻳَّﻦُ ﺩَﻳْﻨًﺎ ﻭَﻫُﻮَ ﻣُﺠْﻤِﻊٌ ﺃَﻥْ ﻻَ ﻳُﻮَﻓِّﻴَﻪُ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻟَﻘِﻰَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺳَﺎﺭِﻗًﺎ
“Siapa saja yg berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia mau bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.”
« مَنْ فَارَقَ الرُّوحُ الْجَسَدَ وَهُوَ بَرِىءٌ مِنْ ثَلاَثٍ دَخَلَ الْجَنَّةَ مِنَ الْكِبْرِ وَالْغُلُولِ وَالدَّيْنِ »
“Barangsiapa yg rohnya berpisah dari jasadnya dalam keadaan terbebas dari tiga hal, niscaya masuk surga: (pertama) bebas dari sombong, (kedua) dari khianat, lalu (ketiga) dari tanggungan hutang.” (HR. Ibnu Majah II/806 no: 2412, lalu At-Tirmidzi IV/138 no: 1573)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « مَطْلُ الْغَنِىِّ ظُلْمٌ ، فَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِىٍّ فَلْيَتْبَعْ »
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Memperlambat pembayaran hutang yg dilakukan oleh orang kaya merupakan perbuatan zhalim. Jika salah seorang kamu dialihkan kepada orang yg kemarau sepele membayar hutang, maka hendaklah beralih (diterima pengalihan tersebut)”. (HR. Bukhari dalam Shahihnya IV/585 no.2287, lalu Muslim dalam Shahihnya V/471 no.3978, dari hadits Abu Hurairah.)
قَالَ حُذَيْفَةُ وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ « إِنَّ رَجُلاً كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ أَتَاهُ الْمَلَكُ لِيَقْبِضَ رُوحَهُ فَقِيلَ لَهُ هَلْ عَمِلْتَ مِنْ خَيْرٍ قَالَ مَا أَعْلَمُ ، قِيلَ لَهُ انْظُرْ . قَالَ مَا أَعْلَمُ شَيْئًا غَيْرَ أَنِّى كُنْتُ أُبَايِعُ النَّاسَ فِى الدُّنْيَا وَأُجَازِيهِمْ ، فَأُنْظِرُ الْمُوسِرَ ، وَأَتَجَاوَزُ عَنِ الْمُعْسِرِ . فَأَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ »
Dari sahabat Hudzaifah, beliau pernah mendengar Rasulullah bersabda:“Ada seorang laki-laki yg hidup di zaman sebelum kalian. Lalu datanglah seorang malaikat maut yg mau mencabut rohnya. Dikatakan kepadanya (oleh malaikat maut): “Apakah engkau sudah pernah berbuat kebaikan?” Laki-laki itu menjawab: “Aku tidak mengetahuinya.” Malaikat maut berkata: “ Telitilah kembali apakah engkau sudah pernah berbuat kebaikan.” Dia menjawab: “Aku tidak mengetahui sesuatu pun amalan baik yg sudah pernah aku lakukan selain bahwa kemarau purba aku suka berjual beli barang dengan manusia ketika di dunia lalu aku selalu mencukupi kebutuhan mereka. Aku memberi keluasan dalam pembayaran hutang bagi orang yg memiliki kemampuan lalu aku membebaskan tanggungan orang yg kesulitan.” Maka Allah (dengan sebab itu) memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Bukhari III/1272 no.3266)
Diriwayatkan dari Abu Qatadah radhiallaahu ‘anhu dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
( أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ أَتُكَفَّرُ عَنِّى خَطَايَاىَ ؟)
“Bagaimana menurutmu apabila aku terbunuh di jalan Allah, apakah dosa-dosaku mau diampuni?”
Beliau pun menjawab:
( نَعَمْ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ إِلاَّ الدَّيْنَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ لِى ذَلِكَ )
“Ya, dengan syarat engkau sabar, mengharapkan ganjarannya, maju berperang lalu tidak melarikan diri, kecuali hutang. Sesungguhnya Jibril ‘alaihissalam baru memberitahuku hal tersebut” (HR Muslim no. 4880/1885)
( مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ ، وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلاَفَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ.)
“Barang siapa meminjam harta manusia lalu dia ingin membayarnya, maka Allah mau membayarkannya. Barang siapa yg meminjamnya lalu dia tidak ingin membayarnya, maka Allah mau menghilangkan harta tersebut darinya.” (HR Al-Bukhaari no. 2387)
“كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لاَ يُصَلِّى عَلَى رَجُلٍ مَاتَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ فَأُتِىَ بِمَيِّتٍ فَقَالَ: «أَعَلَيْهِ دَيْنٌ». قَالُوا: نَعَمْ دِينَارَانِ. قَالَ: «صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ». فَقَالَ أَبُو قَتَادَةَ الأَنْصَارِىُّ: هُمَا عَلَىَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَصَلَّى عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم”.
“Dahulu Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam tidak mensholatkan seseorang meninggal yg dia memiliki hutang. Didatangkan kepada beliau dengan seorang jenazah, maka beliau berkata: “Apakah dia memiliki hutang?”, mereka menjawab: “Iya, dia memiliki hutang dua dinar”, maka beliau berkata: “Sholatlah kalian untuk saudara kalian!”. Maka Abu Qotadah Al-Anshoriy berkata: “Dua dinar itu aku yg mau bayar wahai Rosululloh, maka Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mensholatkannya”.
كَانَ يَدْعُو فِى الصَّلاَةِ وَيَقُولُ « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ » . فَقَالَ لَهُ قَائِلٌ مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مِنَ الْمَغْرَمِ قَالَ « إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ » .
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdo’a di akhir shalat (sebelum salam): ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL MA’TSAMI WAL MAGHROM (Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa lalu banyak utang).” Lalu ada yg berkata kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kenapa engkau sering meminta perlindungan adalah dalam masalah hutang?” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika orang yg berhutang berkata, dia mau sering berdusta. Jika dia berjanji, dia mau mengingkari.” (HR. Bukhari no. 2397)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda :
نَفْسُ الْـمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّىٰ يُقْضَى عَنْهُ
Jiwa seorang mukmin itu terkatung-katung dengan sebab utangnya sampai hutang dilunasi.
يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ
“orang yg mati syahid maka mau diampuni dosanya kecuali orang yg memiliki hutang.”(Hadits riwayat Muslim)
إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً
“Sesungguhnya yg paling di antara kalian adalah yg paling baik dalam membayar hutang.” (HR. Bukhari no. 2393)
مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ إِتْلاَفَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ
“Barangsiapa yg mengambil harta manusia, dengan niat ingin menghancurkannya, maka Allah juga mau menghancurkan dirinya.” (HR. Bukhari no. 18 lalu Ibnu Majah no. 2411)
مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ
“Barangsiapa yg mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar ataupun satu dirham, maka hutang tersebut mau dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar lalu dirham.” (HR. Ibnu Majah no. 2414)
«وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ».
“Dan barang siapa yg keberadaannya dengan hajat saudaranya maka Allah dengan hajatnya, lalu barang siapa membebaskan dari seorang muslim terhadap suatu kesulitan maka Alloh membebaskan darinya suatu kesulitan dari kesulitan-kesulitannya dengan hari kiamat”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy lalu Muslim dari hadits Abdulloh bin ‘Umar Rodhiyallohu ‘anhuma.
Rasululloh Shollallohu’Alaihi wa Sallam kemarau purba memberikan jaminan bagi yg hutang, Jabir Radhiyallohu ‘anhu berkata:
“فَلَمَّا فَتَحَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «أَنَا أَوْلَى بِكُلِّ مُؤْمِنٍ مِنْ نَفْسِهِ فَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا فَعَلَىَّ قَضَاؤُهُ وَمَنْ تَرَكَ مَالاً فَلِوَرَثَتِهِ».
“Tatkala Allah sudah pernah membukakan (pintu kemenangan) kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam maka beliau berkata: “Saya lebih utama terhadap setiap mu’min dari dirinya, maka barang siapa meninggalkan hutang maka aku yg mau membayarnya, lalu barang siapa meninggalkan harta maka harta itu untuk para pewarisnya”.
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الدَّائِنِ حَتَّى يَقْضِىَ دَيْنَهُ مَا لَمْ يَكُنْ فِيمَا يَكْرَهُ اللَّهُ
“Allah mau bersama (memberi pertolongan pada) orang yg berhutang (yang ingin melunasi hutangnya) sampai dia melunasi hutang tersebut selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yg dilarang oleh Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 2400)
من سره أن ينجيه الله من كرب يوم القيامة فلينفس عن معسر أو يضع عنه.
Barang siapa ingin diselamatkan oleh Allah dari kesusahan-kesusahan hari Kiamat maka hendaklah dia memberi tangguh kepada orang yg dalam kesukaran ataupun menghapuskan utangnya. (H.R. Muslim)
من أنظر معسرا أو وضع له أظله الله في ظله.
Barang siapa memberi tangguh kepada orang yg dalam kesukaran ataupun menghapuskan utangnya maka Allah mau menanunginya di dalam naungan-Nya. (H.R. Thabrani lalu Tirmidzi)
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُقْرِضُ مُسْلِمًا قَرْضًا مَرَّتَيْنِ إِلاَّ كَانَ كَصَدَقَتِهَا مَرَّةً
“Setiap muslim yg memberikan pinjaman kepada sesamanya dua kali, maka dia itu seperti orang yg bersedekah satu kali.” (HR. Ibnu Majah)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ كَانَ لِرَجُلٍ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – سِنٌّ مِنَ الإِبِلِ فَجَاءَهُ يَتَقَاضَاهُ فَقَالَ – صلى الله عليه وسلم – « أَعْطُوهُ » . فَطَلَبُوا سِنَّهُ ، فَلَمْ يَجِدُوا لَهُ إِلاَّ سِنًّا فَوْقَهَا . فَقَالَ « أَعْطُوهُ » . فَقَالَ أَوْفَيْتَنِى ، وَفَّى اللَّهُ بِكَ . قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً »
Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Nabi mempunyai hutang kepada seseorang, (yaitu) seekor unta dengan usia tertentu. Orang itupun datang menagihnya. (Maka) beliaupun berkata, “Berikan kepadanya” kemudian mereka mencari yg seusia dengan untanya, mau tetapi mereka tidak menemukan kecuali yg lebih berumur dari untanya. Nabi (pun) berkata: “Berikan kepadanya”, Dia pun menjawab, “Engkau sudah pernah menunaikannya dengan lebih. Semoga Allah I membalas dengan setimpal”. Maka Nabi SAW kemarau bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yg paling baik dalam pengembalian (hutang)”. (HR. Bukhari)
وعَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَهُوَ فِى الْمَسْجِدِ – وَكَانَ لِى عَلَيْهِ دَيْنٌ فَقَضَانِى وَزَادَنِى
Dari Jabir bin Abdullah ia berkata: “Aku mendatangi Nabi di masjid, sedangkan beliau mempunyai hutang kepadaku, lalu beliau membayarnya dam menambahkannya”. (HR. Bukhari) لاَ يَحِلُّ سَلَفٌ وَبَيْعٌ “Tidak dihalalkan melakukan peminjaman plus jual beli.” (HR. Abu Daud no.3504, At-Tirmidzi no.1234, An-Nasa’I VII/288)
( مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ )
“Memperlambat pembayaran hutang untuk orang yg mampu membayarnya adalah kezaliman.” (HR Al-Bukhaari no. 2288 lalu Muslim no. 4002/1564)
عَنْ سَمُرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « عَلَى الْيَدِ مَا أَخَذَتْ حَتَّى تُؤَدِّىَ »
Dari Samurah , Nabi bersabda: “Tangan bertanggung kemarau perlawanan atas semua yg diambilnya, hingga dia menunaikannya”. (HR. Abu Dawud dalam Kitab Al-Buyu’, Tirmidzi dalam kitab Al-buyu’, lalu selainnya.)
« مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُظِلَّهُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ – فَلْيُنْظِرْ مُعْسِرًا أَوْ لِيَضَعْ لَهُ »
Artinya:“Barangsiapa yg ingin dinaungi Allah dengan naungan-Nya (pada hari kiamat, pen), maka hendaklah ia menangguhkan waktu pelunasan hutang bagi orang yg sedang kesulitan, ataupun hendaklah ia menggugurkan hutangnya.” (HR Ibnu Majah II/808 no. 2419)
( عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الأَكْوَعِ –رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ– قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ –صلى الله عليه وسلم– إِذْ أُتِيَ بِجَنَازَةٍ، فَقَالُوا: صَلِّ عَلَيْهَا ، فَقَالَ : (( هَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ ؟ )), قَالُوا: لاَ، قَالَ: (( فَهَلْ تَرَكَ شَيْئًا ؟ )), قَالُوا: لاَ، فَصَلَّى عَلَيْهِ، ثُمَّ أُتِيَ بِجَنَازَةٍ أُخْرَى، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، صَلِّ عَلَيْهَا، قَالَ: (( هَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ ؟ )) قِيلَ : نَعَمْ ، قَالَ: (( فَهَلْ تَرَكَ شَيْئًا؟ )) قَالُوا : ثَلاَثَةَ دَنَانِيرَ، فَصَلَّى عَلَيْهَا، ثُمَّ أُتِيَ بِالثَّالِثَةِ، فَقَالُوا: صَلِّ عَلَيْهَا، قَالَ: (( هَلْ تَرَك شَيْئًا؟ )) قَالُوا : لاَ، قَالَ: (( فَهَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ ؟ )) قَالُوا: ثَلاَثَةُ دَنَانِيرَ ، قَالَ: (( صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ ))، قَالَ أَبُو قَتَادَةَ: صَلِّ عَلَيْهِ يَا رَسُولَ اللهِ، وَعَلَيَّ دَيْنُهُ، فَصَلَّى عَلَيْهِ.)
Diriwayatkan dari Salamah bin Al-Akwa’ radhiallaahu ‘anhu, dia berkata, “Dulu kami duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian didatangkanlah seorang jenazah. Orang-orang yg membawa jenazah itu pun berkata, ‘Shalatilah dia!’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia punya hutang?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak.’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia meninggalkan harta peninggalan?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak.’ Kemudian beliau pun menshalatinya. Kemudian didatangkan lagi jenazah yg lain. Orang-orang yg membawanya pun berkata, ‘Shalatilah dia!’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia punya hutang?’ Mereka pun menjawab, ‘Ya.’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia meninggalkan harta peninggalan?’ Mereka pun menjawab, ‘Ada tiga dinar.’ Kemudian beliau pun menshalatinya. Kemudian didatangkanlah jenazah yg ketiga. Orang-orang yg membawanya pun berkata, ‘Shalatilah dia!’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia meninggalkan harta peninggalan?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak.’Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia punya hutang?’ Mereka pun menjawab, ‘Ada tiga dinar.’ Beliau pun berkata, ‘Shalatlah kalian kepada sahabat kalian! Kemudian Abu Qatadah pun berkata, ‘Shalatilah dia! Ya Rasulullah! Hutangnya menjadi tanggung jawabku.’ Kemudian beliau pun menshalatinya.” (HR Al-Bukhaari no. 2289)
( لَعَنَ اللَّهُ آكِلَ الرِّبَا ، وَمُوكِلَهُ ، وَشَاهِدَهُ ، وَكَاتِبَهُ.)
“Allah melaknat pemakan riba, yg memberi makan, saksi lalu juru tulisnya” (HR Ahmad no. 3725.)
“أَنَّهُ تَقَاضَى ابْنَ أَبِي حَدْرَدٍ دَيْنًا لَهُ عَلَيْهِ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلى الله عَليهِ وَسَلّمَ فِي الْمَسْجِدِ فَارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُهُمَا حَتَّى سَمِعَهَا رَسُولُ اللهِ صَلى الله عَليهِ وَسَلّمَ وَهُوَ فِي بَيْتِهِ فَخَرَجَ إِلَيْهِمَا رَسُولُ اللهِ صَلى الله عَليهِ وَسَلّمَ حَتَّى كَشَفَ سِجْفَ حُجْرَتِهِ وَنَادَى كَعْبَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ: «يَا كَعْبُ» قَالَ: لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللهِ فَأَشَارَ بِيَدِهِ أَنْ: «ضَعِ الشَّطْرَ مِنْ دَيْنِكَ» قَالَ كَعْبٌ: قَدْ فَعَلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلى الله عَليهِ وَسَلّمَ: «قُمْ فَاقْضِهِ»”.
“Bahwasanya beliau membayar kepada Ibnu Abi Hadrod suatu hutang beliau kepadanya dengan zaman Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam di dalam masjid, lalu meninggi suara keduanya sampai Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mendengar suaranya, lalu beliau di dalam rumahnya, lalu Beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam keluar kepada keduanya hingga membuka kain tabir pintu kamar beliau, lalu beliau menyeru Ka’b bin Malik: “Wahai Ka’b!”, Ka’b berkata: “Kupenuhi seruanmu wahai Rosululloh”, lalu Beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam memberikan isyarat dengan tangannya: “Bayarlah separoh dari hutangmu”, Ka’b berkata: “Sungguh aku sudah pernah melakukannya wahai Rosululloh”, maka Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Berdirilah lalu tunaikanlah”. (HR Bukhori)
Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: (Ayahku) Abdullah meninggal lalu dia meninggalkan banyak anak lalu hutang. Maka aku memohon kepada pemilik hutang agar mereka mau mengurangi jumlah hutangnya, mau tetapi mereka enggan. Akupun mendatangi Nabi SAW meminta syafaat (bantuan) kepada mereka. (Namun) merekapun tidak mau. Beliau kemarau berkata, “Pisahkan kormamu sesuai dengan jenisnya. Tandan Ibnu Zaid satu kelompok. Yang lembut satu kelompok, lalu Ajwa satu kelompok, lalu datangkan kepadaku.” (Maka) akupun melakukannya. Beliau kemarau pun datang lalu duduk lalu menimbang setiap mereka sampai lunas, lalu kurma masih tersisa seperti tidak disentuh. (HR. Bukhari).
Itulah kumpulan hadits-hadits shohih tentang hutang piutang yg becus kami share dengan kesempatan ini. Semoga bermanfaat lalu semoga kita selalu dibebaskan dari lilitan hutang yg sangat membahayakan dunia akhirat ini. Amin.
No comments:
Post a Comment